Jangan Terlalu Cepat Menilai Seseorang, Bagaikan Gula dan Garam [Halus] Sepintas Tiada Beda


Yups, terkadang kita tak bisa terlampau jauh menilai seseorang dan langsung menjadikannya sahabat ataupun pasangan kita. Diibaratkan seperti gula dan garam (halus) sepintas terlihat sama. Namun, kita akan mengetahuinya bedanya jika sudah mencicipinya.

Nah, begitu pula juga saat menilai manusia, kamu bisa mengetahui siapa dia setelah mencoba berteman dengannya saat itulah kamu mengertia mana beras mana pulut.

Lantas, bagaimana cara kita menilai seseorang dengan baik? Sebab, perkara hati seseorang hanya Tuhan yang tau.


Misalnya saja gini, kita tidak bisa menghakimi seseorang tidak riya atau ikhlas, karena itu akan membutuhkan penglihatan mata hati? Loh, manusiakan tak hisa menerawang hati seseorang kan yak?

Beda dengan sinetron dimana apa yang ada dalam hati bisa terdengar oleh kedua telinga.
Ehehhehehe....

Don’t Judge People By Its Cover artinya kurang lebih gini “jangan menilai orang dari luarnya saja”. 


Contohnya dizaman sekrang nih, yang berdasi bisa jadi  perampok, sekarang tampilan tak menjamin kebaikan seseorang. Gimana menurutmu guys? Mari kita coba menelisik dari sudut pandang agama.

Bagaimana Islam Menilai Seseorang ?


Perhatikan hadist-hadist dibawah ini :

1.    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
 
“Orang yang imannya paling sempurna diantara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, (HR At-Thirmidzi no 1162,Ibnu Majah no 1987 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 284)

2.    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya” (HR At-Thirmidzi no 1162,Ibnu Majah no 1987 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah no 284)

3.    Umar bin Khattab berkata:


“Apakah dia pernah menemanimu dalam safar, yang safar merupakan indikasi mulianya akhlak seseorang?” (Ibnu Hajar berkata, Dishahihkan oleh bin Sakan, ini dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil 8/260 no 2637)

4.    Rasulullah Shalallahu ‘alihi wa sallam bersabda:


“Sesungguhnya pada setiap umat ada fitnah (ujiannya) dan fitnah umatku adalah harta” (HR. Bukhari)

5.    Beliau berkata:
“Apakah dia pernah bermuamalah denganmu berkaitan dengan dirham dan dinar, yang keduanya merupakan indikasi sikap wara’ seseorang?” (Idem)

6.    sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Yang paling banyak memasukkan ke surga adalah takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi, Ibnu Maajah dan Al-Haakim dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)

Setelah membaca hadist diatas, apa yang bisa kita simpulkan ?

 Kita tak bisa hanya menilai dari apa yang ia tampilkan tanpa tahu bagaimana ia memperlakukan keluarganya.

Ada yang perlakuannya baik sekali dimasyarat tetapi ketika dengan keluarganya malah berlaku dzalim. Ada juga yang baik, ramah dan sebagainya malah justru dialah yang melakukan penipuan dalam berdagang atau berbisnis.  Nauzubillah.

Meski begitu kita juga tak memiliki hak untuk berpikir soudzon yah, dengan prasangka-prasangka kek gini “jangan-jangan dia pemboohong”, “jangan-jangan dia penipu”, “jangan-jangan dia ini dan itu.. dan lain sebagainya.

Intinya akhlak seseorang akan menentukan kadar keimanan seseorang. Seyogyanya kita tidak berfokus akan penilaian terhadap orang lain. Sebab, diri sendiri juga harus kita perhatikan, jangan sampai sibuk menggoreksi orang lain lantas, melupakan diri sendiri. Intropeksi diri dan lakukanlah secara berkala perenungan terhadapa akhlak yang kita lakukan tiap hari.

Dari Kinanah bin Jablah al-Sulami, ia berkata: Imam Bakr bin Abdullah berkata: “Ketika kau melihat orang yang lebih tua darimu, katakanlah (pada dirimu sendiri): ‘Orang ini telah mendahuluiku dengan iman dan amal shalih, maka dia lebih baik dariku.’ Ketika kau melihat orang yang lebih muda darimu, katakanlah: ‘Aku telah mendahuluinya melakukan dosa dan maksiat, maka dia lebih baik dariku.’ Ketika kau melihat teman-temanmu memuliakan dan menghormatimu, katakanlah: ‘Ini (karena) kualitas kebajikan yang mereka miliki.’ Ketika kau melihat mereka kurang (memuliakanmu), katakan: ‘Ini (karena) dosa yang telah kulakukan.” (Imam Ibnu Jauzi, Shifat al-Shafwah, Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1985, juz 3, h. 248)

5 Cara Menilai Orang Lain Menurut Imam Ghazali


1. Jika engkau melihat orang yang masih muda, maka katakan dalam hatimu, ‘Orang ini belum banyak durhaka kepad Allah sedangkan aku sudah banyak durhaka pada Allah. Tidak diragukan lagi orang ini lebih baik dariku’.

2. Jika engkau melihat orang yang lebih tua, katakan dalam hatimu, ‘Orang ini sudah beribadah sebelum aku, dengan begitu tidak diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku’.

3. Jika engkau melihat orang alim (berilmu), katakan dalam hatimu, ‘Orang ini sudah diberi kelebihan yang tidak diberikan kepadaku. Dia menyampaikan suatu kebaikan kepada orang lain sedangkan aku tidak menyampaikan apa-apa. Dia tahu hukum-hukum yang tidak aku tahu. Maka bagaimana mungkin aku sama dengannya?’

4. Jika engkau bertemu dengan orang bodoh, kurang ilmu dan wawasan, katakan dalam hatimu, ‘Orang ini sudah durhaka kepada Allah karena ketidaktahuannya sedangkan aku durhaka kepada Allah dengan pengetahuanku, maka vonis Allah kepadaku lebih berat dibanding orang ini. Dan aku tidak tau bagaimana akhir hidupku dan akhir hidup orang ini’.

5. Jika engkau melihat orang kafir, maka katakan dalam hatimu, ‘Aku tidak tahu, bisa jadi dia akan masuk Islam dan mengisi akhir hidupnya dangan amal kebaikan, dan dengan keislamannya itu dosa dosanya keluar dari dirinya seperti keluarnya rambut darr timbunan tepung. Sedangkan aku, bisa jadi tersesat dari Allah (karena tidak mau meningkatkan iman) dan akhirnya menjadi kafir, dan hidupku berakhir dengan amal buruk. Orang seperti ini bisa jadi besok menjadi orang yang dekat dengan Allah dan aku menjadi orang yang jauh dari Allah’.

Dari 5 tips tadi bisa kita simpulkan bahwa kita dilarang berburuk sangka. Kita di anjurkan untuk berbaik sangka kepada orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt dalam Al-Quran,

“Maka janganlah engkau menilai dirimu lebih suci (dibanding orang lain). Dia (Allah) lebih tahu siapa orang-orang yang bertakwa.” (QS. an-Najm: 32)

Wallahu a’lam... 

Referensi :

IG : ar_hijabstore
https://muslimafiyah.com/tiga-patokan-akhlak-sebenarnya-seseorang.html
https://islam.nu.or.id/post/read/104567/cara-imam-bakr-al-muzani-menilai-orang-lain
https://nurbaitullah.id/2018/09/25/5-cara-menilai-orang-lain-menurut-imam-ghazali/
https://rumaysho.com/10317-menilai-orang-dari-lahiriyah-lalu-hatinya.html


Gambar :
pinterest

1. https://id.pinterest.com/pin/634937247454110434/
2. https://id.pinterest.com/pin/860117228815604790/
3. https://id.pinterest.com/pin/606578643545464801/
Jangan Terlalu Cepat Menilai Seseorang, Bagaikan Gula dan Garam [Halus] Sepintas Tiada Beda Jangan Terlalu Cepat Menilai Seseorang, Bagaikan Gula dan Garam [Halus] Sepintas Tiada Beda Reviewed by Annisa Wally on 16:38 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.