[TAKUT CORONA] : Asumsi yang Berlebihan Atau Momen Penguji Keimanan ?


Lama kelamaan kita akan bosan dengan informasi-informasi tentang virus corona setiap hari.

Beberapa status teman-teman saya di WA juga sudah lantang menanggapi tentang ini.

Tahun ini sungguh sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Terkhusus untuk kita kaum muslim. Ramadhan yang terasa cepat berlalu dan Hari Raya Idul Fitri yang tertahan tak bisa berkumpul dengan keluarga, sungguh mengugah perasaan.

Terasa ada yang berbeda pokoknya tahun ini, tahun yang tak akan pernah kita lupakan nantinya.


Yups, 2020. Entah, apa yang akan terjadi lagi ditahun berikutnya. Semoga tidak ada hal yang sepintas seperti mimpi menjadi kenyataan yang mau tidak mau harus dijalani.

Sebagian dari kita akan memberikan asumsinya tersendiri jika membahas tentang ketakutan akan virus ini. Ada yang mengganggap bahwa ketakutan akan virus ini adalah hal yang berlebihan. Kita sedang di uji. Yah, kira-kira seperti itu.

Membahas ketakutan tentang virus ini bisa menuai pro dan kontra. Sebab, lingkungan, kebutuhan, mental, psikologi dan kehidupan seseorang berbeda-beda.

Contohnya gini : Himbauan shalat idul fitri dirumah saja, ada yang mengiyakan dan tetap dirumah ada juga yang shalat dilapangan terbuka atau masjid.


Takut corona, asumsi yang berlebihan ?


Pertama nih  sebelum membahas ini lebih jauh pahami dulu dasar seseorang mengatakan hal itu. Ketakutan yang dimiliki seseorang akan berbeda-beda.

Dari pendapat beberapa tetangga saya yang datang dirumah dan membahas ini mereka mengatakan bahwa meraka takut, tapi ketakutan ini bukan ketakutan yang bisa dibandingkan dengan ketakutan kepada Tuhan.

Hal ini sangat jauh berbeda.

Rasa takut disini disebabkan lingkungan yang berpotensi bisa mempercepat pesebaran virus apalagi ada orang-orang yang memiliki daya imunitas rendah seperti orang tua yang memiliki riwayat sakit kronis sebelumnya, atau anak bayi.


Manusia perlu ikhtiar, tawakal juga. Memang semua terjadi atas kehendak Tuhan, tapi manusialah yang menjalani dan memilih mau mengikuti arahan atau melanggarnya itu akan menjadi pilihan masing-masing.

Jika tak ada rasa takut tentang ini maka, seseorang akan cenderung melakukan sesuka hati, keluyuran kemana-mana, masuk kerumah tanpa memperdulikan siapa yang ada dirumah.

Memang benar asumsi yang berlebihan sangat fatal akibatnya misalnya bisa stress, muncul rasa malas untuk melakukan apa saja diluar rumah karena takut tertular virus ini, dan de el el.

Takut corona, cara Tuhan menguji keimanan seseorang ?


Apakah virus corona ini adalah ujian bagi manusia atau cara untuk memperbaiki diri dan ajang pendekatan diri kepada Sang Ilahi ?

Ada yang memilih untuk stay at home saja, dimana moment ini digunakan untuk tidak banyak beraktivitas diluar rumah tapi banyak beraktivitas didalam rumah terutama untuk lebih banyak beribadah (mendekatkan diri kepada Tuhan).

Pagi ini saya terlibat percakapan dengan seorang teman dimana teman ini memiliki pendapat yang berbeda dari pandangan teman sebelumnya sebab lebaran kali ini sebagian ragu untuk reunian atau bersua dengan teman-teman SD kami.


Teman saya sebelumnya beranggapan bahwa lebih baik dirumah saja, tak usah bersua. Namun, tetap berkomunikasi seperti Vcall, atau saling mengirim pesan.

Ada teman lain menanggapinya. “Mereka yang takut corona adalah mereka yang memiliki cara berlebihan hadapi corona, apalagi tinggal dirumah buat orang jadi malas kerja, malas menolong orang  dengan berdalih takut corona, ini pandanan yang saya petik dari teman-teman kampus dan komunitas luar yang caranya berlebihan”. katanya.
“Kalau mau berpikiran logis, corona juga tidak akan datang kalau kehendak Tuhan dari perbuatan keji yang memang tidak bisa menjaga diri, tergantung kita saja yang penting tetap jaga kondisi dan lingkungan disekitar”. Sambungnya lagi

Secara pribadi saya tidak mempermasalahkan ini. Sebab, dalam kondisi seperti ini wajar saja jika masing-masing memiliki cara pandang yang berbeda.

Tapi, ingat disatu sisi anggapannya itu tidak berpengaruh kepada tenaga medis yang sudah meninggal dunia karena virus ini padahal mereka melakukan sesuatu yang bukan perbuatan keji.

Kehidupan ini sejatinya dari awal adalah proses pengujian manusia, apapun itu selain virus corona pun juga adalah ujian. Membahas keimanan seseorang sejatinya kita tak bisa langsung mengasumsinya.


Kesimpulannya :


ketakutan akan virus corona itu hal yang wajar atau manusiawi.

 Jika memilih untuk stay at home itu hal yang baik juga sebab mengikuti anjuran pemerintah, membantu tenaga medis juga secara tidak langsung, tak bersua bukan berarti memutus tali silaturahmi, gunakan layanan Vcall atau saling bertukar pesan melalui sosial media.

Jika memilih keluar rumah silahkan. Apalagi untuk tujuan yang baik misalnya, membantu donasi kemanusiaan, mencari nafkah untuk keluarga, berpartisipasi membantu tenaga medis dirumah sakit, atau jika ada hal penting  yang benar-benar harus keluar seperti terpaksa ke pasar untuk membeli bahan makanan.

 Lihat sajalah hal-hal yang positifnya, lihat dari berbagai macam sudut pandang dan posisi seseorang.

Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kejadian ini, semoga Tuhan melindungi kita, memberikan kita umur panjang, kesehatan dan keimanan yang baik. Aamiin


Wallahua’lam..

Gambar : Pinterest.com

https://id.pinterest.com/pin/659495939173006895/
https://id.pinterest.com/pin/862439397380987740/
https://id.pinterest.com/pin/610097080759475132/
 https://id.pinterest.com/pin/625085623268473639/


[TAKUT CORONA] : Asumsi yang Berlebihan Atau Momen Penguji Keimanan ? [TAKUT CORONA] : Asumsi yang Berlebihan Atau Momen Penguji Keimanan ? Reviewed by Annisa Wally on 18:20 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.